Macam & Budaya

Macam- Macam Batik 

1.Batik Tulis
Salah satu jenis produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung dilukis secara manual dengan sentuhan seni yang sangat tinggi dimana perintang warnanya dibubuhkan dengan cara seperti menulis dengan alat canting.

Ciri khas :
  1. Tidak ada yang kembar, hanya dibuat satu desain setiap lembarnya
  2. Karena dibuat dengan tangan, tidak ada satu pun motif yang sempurna. Justru ketidak sempurnaannya yang membuat batik tulis sangat manusiawi
  3. Warna dan motifnya bolak-balik sama. Karena bagian depan dan belakang kain juga dicanting.

Untuk melukisnya, menggunakan alat seperti pena atau yang biasa disebut canting, alat yang  terbuat dari tembaga yang berfungsi seperti pena dengan gagang dari bambu. Ujung dari canting (mata pena) atau biasa disebut cucuk, mempunyai lubang yang bervariasi, sesuai dengan kebutuhan saat melukis, sehingga bisa menentukan besar kecilnya motif. Sedangkan bak penampung canting disebut sebagai nyamplung. Nyamplung ini bisa berisi cairan lilin atau (pewarna pada tekhnik batik colet), tergantung dari teknik batik yang akan digunakan.


Proses pembuatan Batik Tulis lilin
Teknik batik tulis ialah dengan menorehkan cairan lilin melalui canting tulis (pena). Proses pembuatan batik tulis sebenarnya mirip seperti batik cap. Perbedaanya ada pada  motif. Jika pada batik cap motifnya sangat monoton dengan motif sama dan berulang , maka batik tulis motifnya bisa sedikit bercerita seperti visualisasi suatu peristiwa. Cara pembuatan batik tulis sama dengan melukis. Ambil cairan lilin yang ada di nyamplung dengan canting (seperti menciduk). Kemudian cucuk canting harus ditiup agar berlubang, sehingga  membran cairan terbuka. Fungsikan canting seperti pena sesuai motif yang telah digambar sebelumnya dengan pensil. Selanjutnya lakukan proses pewarnaan seperti proses pewarnaan pada batik cap.



2. Batik Cap
Batik cap mulai dilakukan ketika permintaan kain batik semakin meningkat, sehingga mulai mencari untuk dapat memproduksi batik dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Dibuatlah lempengan besi dengan motif batik untuk membubuhkan malam pada permukaan kain mori.
Canting Cap ialah sebuah alat cap yang terbuat dari lempeng tembaga yang berbentuk mirip stempel dengan ukuran yang agak lebih besar. Dengan bahan yang terbuat dari tembaga dengan ukuran  20cm X 20cm. Berbeda dengan canting pada umumnya yang berbentuk seperti alat tulis (seperti gayung).



Ciri Khas :
Motifnya cenderung berulang, tidak banyak memiliki detail
Warnanya bolak-balik tidak sama, bagian belakang cenderung memiliki warna yang lebih redup/ tipis
Dijual per lembar dengan ukuran standart kain potong
Biasanya tidak melalui proses pengkhetelan berhari-hari seperti kain tulis

Proses Pembuatan Batik Cap

  • Kain katun berwarna putih diletakkan di atas meja datar yang berlapis dengan bahan yang agak lunak (agar proses pengecapan benar-benar tertempel dengan sempurna).
  • Malam (sejenis lilin) dipanaskan hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan lilin ini tetap dalam suhu yang stabil supaya lilin dalam keadaan cair.
  • Canting Cap (stamp) dimasukkan dalam cairan lilin sedalam kurang lebih 2 cm agar bisa menyerap cairan lilin panas tadi.
  • Canting Cap ditempel dan ditekan (distempelkan) dengan tekanan yang cukup di atas kain katun putih.
  • Cairan lilin akan menempel ke dalam pori-pori kain katun hingga meresap ke dalam kain dan membentuk gambar sesuai motif cetakan.



3. Batik Tulis Warna (Colet)
Teknik batik tulis (colet) adalah dengan menorehkan lilin berwarna (panas/cair) melalui canting tulis (bisa juga kuas) langsung ke media (kain katun), besar kecilnya canting/kuas tergantung kerumitan motif yang akan digambar. Proses pembuatan batik tulis warna (colet) ini hampir sama dengan melukis di kanvas. Hasil karya dari batik colet sangat di pengaruhi oleh cita rasa, kreatifitas dan ketelitian (skill) maupun kombinasi warna dari pelukis batik ini. Ketika semakin kecil, rumit dan detil gambar (warna) yang dihasilkan oleh pelukis batik, dengan sendirinya akan semakin tinggi nilai seni dan nilai jual dari batik colet ini (jangan heran kalau anda melihat harga sebuah karya batik dengan harga yang begitu mencengangkan).



4. Batik Print
Batik print disebut juga kain tekstil bermotif batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Pada masa ini batik diproduksi semakin massal karena Gubernur DKI – Ali Sadikin menetapkan batik sebagai pakaian nasional.
Kain tekstil bermotif batik ini awalnya diproduksi oleh industri tekstil lokal. Tetapi karena permintaan yang semakin banyak akhirnya kain bermotif batik juga diproduksi oleh pabrikan dari luar negeri. Hal ini yang dikahwatirkan akan mematikan industri kerajinan batik nusantara.
Ciri Khas :
Motifnya sangat detail dan rapi
Warna cerah dan menarik
Bagian belakangnya berwarna putih dengan sedikit tembusan warna di bagian mukanya
Harganya sangat murah


Cara Pembuatan:
Gambarlah motif ragam hias pada komputer, kemudian print-kan/ cetak pada kain polos dengan       menggunakan mesin cetak.
Cucilah kain hingga bersih dan bilaslah berulang-ulang.
Keringkan di tempat teduh (diangin-anginkan).


Sekilas, ketiga jenis kain batik itu akan terlihat sama. Agar saat membeli produk busana tidak salah pilih, maka ada beberapa hal-hal yang perlu dicermati yang merupakan ciri pembeda dari batik tulis, cap dan printing.

Kain Batik Tulis :
Mempunyai kekhasan pada ketidakrapiannya, baik  pada pelukisan motif dan pewarnaanya yang sering saling melebar dan sedikit bercampur dengan warna lain disekitarnya
Kondisi pada bagian tepi kain bisa dijadikan sebuah penanda yang utama. Kain batik tulis mempunyai tepian kain yang tidak rapi pewarnaanya yang diakibatkan lelehan malam atau pewarnaaan yang berulang-ulang.
Segala ketidaksempurnaan dari batik tulis yang dikerjakan secara handmade inilah justru yang membuatnya menjadi sangat berharga.
Kain Batik Cap :
Hanya terbatas pada motif-motif dengan pola berulang-ulang, tidak bisa tampil serumit motif-motif di batik tulis.
Pada kain batik cap, motif yang polanya diulang akan lebih terlihat sama persis, hal ini tentu sangat mustahil bila dilakukan di kain batik tulis yang setiap polanya dilukis langsung oleh tangan pengerajinnya.
Kain Batik Printing:
Tampil lebih rapi lagi. Motif-motif tercetak di kain  batik printing akan tampil rapi dan pola-pola motif yang diulang akan tampil sama persis.

Sejarah Budaya Batik Yogyakarta dan Surakarta (Solo)
Kerajaan Mataram Islam pecah dengan adanya Perjanjian Giyanti tanggal 13 Pebruari 1755 menjadi dua Kerajaan yaitu : Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Kasunanan Surakarta yang merupakan awal dari Kerajaan Mataram memiliki budaya lebih kovensional dibandingkan Kasultanan Ngayogyakarta.
Batik Jogja, biasanya memiliki corak warna hitam dengan warna dasar putih, batik jogja pun tak bisa sembarangan dibuat, Keraton Jogja memiliki aturan khusus yang mengatur segala hal tentang batik mereka, termasuk diantaranya adalah desain corak dan bahan pembuatan.

Dalam alur desain parang untuk batik solo, jalannya alur parang adalah dari kiri atas ke kanan bawah, sedangkan untuk batik Jogjakarta alur parangnya dari kanan atas ke kiri bawah.

Apa perbedaan Kain Batik dari kedua Kerajaan tersebut ?
Kasunanan Surakarta
Kasultanan Ngayogyakarta
Warna dasar kain berlatar sogan & cenderung gelap. Warna hitam kecoklatan.
Warna dasar kain berlatar putih. Jika kain berwarna gelap cenderung gelap kebiruan
Prodo (hiasan emas) hanya di garis luar corak (outline) dan sebagai isen-isennya.
Prodo hampir di seluruh corak dan isen
Kesan Prodo lebih tenang dan anggun
Kesan prodo lebih gagah dan menonjol
*isen = isian, gambar-gambar yang berfungsi untuk mengisi dan melengkapi gambar ornamen pokok 


Batik Pesisiran
Motif batik ini lebih terpengaruh oleh dari pendatang seperti pedagang Cina, penjajahan Belanda dan Jepang. Memiliki warna cerah dari pesisir utara Jawa dibuat oleh pembatik Saudagar dan Santri. Motif yang dibuat oleh pembatik santri berupa motif flora dan hiasan non figurative karena larangan dalam ajaran Islam membuat gambar yang mirip hewan atau manusia.

  


Kain Batik Pagi Sore
Batik ini muncul ketika Jepang menjajah Indonesia dimana kebutuhan pangan, sandang dan papan hal yang sulit. Karena sulit memperoleh bahan baku kain mori sehingga muncul Kain Pagi Sore dimana dalam selembar kain ada 2 sisi yang dapat dipakai untuk kesempatan siang dan malam hari.
Selain itu motif batiknya pun dibuat rumit dengan ratusan detail yang sangat sulit dan juga warna yang dibubuhkan juga tak sedikit. Sehingga pembuatan selembar kain bisa memakan waktu 1-2 tahun.









Kain Batik Jawa Hokokai       


Memiliki warna cerah, latar tanahan yang sangat rumit dan motif buketan seperti bunga sakura, peony lengkap dengan kupu-kupu bersayap warna-warni.







Batik Tiga Negeri

Kain ini harganya selangit karena memiliki motif yang sangat detail dan cantik. Batik ini dicelup di tiga tempat yaitu untuk warna merah di Lasem, warna biru di Pekalongan dan warna sogan sebagai latarnya di Solo.